--- Welcome to Berburu Ilmu! Terima Kasih Atas Kunjungannya --- Terima kasih juga saya sampaikan kepada yang sudah memberikan komentar, kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan blog ini --- Terima Kasih ---

26 Sept 2008

HIDAYAH

Kata-kata hidayah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sering pula kita jumpai dalam Al-qur’an kata-kata yang berangkut-paut dengan hidayah. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya makna yang terkandung di dalamnya buat kehidupan kita di dunia sekarang ini, dan lebih-lebih untuk kehidupan di akhirat kelak.

Kata hidayah berasal dari bahasa Arab “hada”, yang artinya petunjuk atau pimpinan. Namun arti tersebut (petunujuk atu pimpinan) dari kata hidayah itu tidaklah menggambarkan makna hakiki yang dalam perkataan hidayah tersebut. Sebab arti yang terkandung dalam perkataan hidayah itu mengandung kekhususan, yaitu satu petunjuk suci yang datangnya dari yang Maha Suci (Allah) yang dikaruniakan kepada semua makhluk-Nya.


Pengertian Hidayah menurut Syekh Muhammad Abduh sebagai berikut:
“Petunjuk halus yang menyampaikan pada tujuan”

Maksudnya, petunjuk itu dikaruniakan Tuhan kepada Malhluk-Nya, sehingga dengan petunjuk tersebut, seseorang dalam menempuh jalan yang ditujunya dapat tercapai, lurus tidak terjerumus dalam jurang kenistaan.

Hidayah adalah suatu petunjuk yang dikaruniakan Allah kepada semua makhluk-Nya, baik makhluk hewani maupun makhluk insani.

Hidayah adalah hak prerogative yang hanya dimiliki oleh Allah SWT. Di dalam beberapa ayat Al-Qur’an banyak kita jumpai ayat yang menerangkan bahwa hidayah itu hanya dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang baik-baik, yang beriman, yang bertaqwa, yang muhsinin dan lain-lainnya. Misalnya:

QS. Luqman (31:3)
Artinya: Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imron
31:3)

QS. Al Baqoroh (2:2)
Artinya: Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (QS. 2:2)

Al-Qur’an S. Al-Baqoroh”213 Yang artinya:
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.( Al-Qur’an S. Al-Baqoroh”213).

Akan tetapi terhadap orang-orang yang kafir, fasik, dzalim dan lain lain yang semisalnya, Tuhan tidak akan memberikan hidayah. Seperti yang ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an di bawah ini:
Al-Qur’an Surat Taubat : 37 yang artinya:
“Allah tidak memberikan hidayah (terhadap) orang-orang yang kafir.” (Al-Qur’an Surat Taubat : 37).
Al-Qur’an Surat Al-Maidah : 108 yang artinya:
“Allah tidak memberikan hidayah (terhadap) orang-orang fasik.” (Al-Qur’an Surat Al-Maidah : 108)
Al-Qur’an Surat Ali Imron : 86 yang artinya:
“Allah tidak memberikan hidayah (terhadap) orang-orang yang dholim.” (Al-Qur’an Surat Ali Imron : 86)

Sekalipun hidayah itu hanya diberikan Tuhan kepada hamba-hamba yang baik, yang taqwa, yang beriman, namun semuanya itu tergantung kepada pilihan Allah sendiri. Hidayah yang dikaruniakan Allah itu adalah sepenuhnya hak Illahi, hak mutlak Allah. Dia sendiri yang mengetahui akan rahasia-rahasia dan hikmah-hikmah yang dikandung-Nya. Seperti firman Allah dalam surah Al-Baqoroh : 142 yang artinya:
“(Allah) menghendaki kepada siapa yang dikehendaki-Nya kejalan yang lurus.”(Al-Qur’an S. Al-Baqoroh: 142).

Dalam pemberian hidayah itu tidak ada sangkut pautnya misanya hubungan darah, hubungan turunan, hungang saudara, hubungan suami istri dan sebagainya. Sekalipun ia seorang raja, presiden atau bangsawan, jika Allah tidak memberikan hidayah, maka tidak ada yang berhak dan kuasa untuk memberikannya. Sebaliknya ia rakyat biasa seorang buruh, kuli bangunan, pemulung apabila ia diberi hidayah, maka tidak ada yang dapat menoloknya.

Sebagaimana telah dikisahkan dalam Al-Qur’an, Nabi Nuh sebagai seorang Nabi dan seorang bapak yang telah mendapat hidayah dari Allah, namun anaknya dan istrinya tidak mendapat hidayah dari Allah, sehingga ia memilih jalan hidupnya sendiri, tidak mau ikut bersama suami dan bapaknya. Siti Asiyah seorang wanita, permaisuri Raja Fir’aun yang mendapat hidayah dari Allah, sedang suaimnya (Raja Fir’aun) tidak mendapat hidayah dari Allah, sehingga ia mengikuti jejaknya setan, bahkan ia sampai mau mengaku jadi Tuhan.

Apabila Allah hendak mengaruniakan hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat menghalanginya. Dan sebalinya, jika Allah menghendaki untuk tidak memberikan hidayah, maka tidak satu kekuatan yang dapat menunjukkannya.

Allah menyerukan kepada semua hamba-Nya, terutama manusia hendaknya memohon kepada Allah sang Maha Pemilik Hidayah, sebagaimana yang terlukis dalam surat Al-Fatihah ayat 6-7, yang dibacanya berulang-ualng kali dalam sehari semalam. Hal ini menunjukkan bahwa hidayah ini mendudiki peringkat nomor satu untuk menentukan apakah manusia ini menjadi mu’min atau kafir, yang pada gilirannya manusia tersebut akan menempati syurga atau neraka sebagai tempat akhir dari kehidupan yang abadi.

Macam-Macam Hidayah

Menurut Syekh Muhammaad Abduh, bahwa hidayah itu ada empat macam tingkatan, yaitu:

1. Hidayah Tabi’ah
Hidayah Tabi’at ini diberikan Allah kepada semua makhluk-Nya tanpa kecuali, baik itu manusia maupun hewan. Hidayat Tabi’at ini sudah ada sejak diciptakan makhluk tersebut. Atau biasa disebut dengan hidayah yang bersifat alamiyah atau fitriyah.

Pada manusia (ketika masih bayi), Tuhan member hidayah tabi’at ini berupa menangis kalau ia sedang lapar, haus, panas, kedinginan, buang air. Jadi menangisnya bayi itu merupakan hidayah alamiyah, yang menunjukkan bayi itu lapar, haus, panas, kedinginan, buang air dan sebagainya.

Pada binatang Tuhan memberikan petunjuk bagaimana mencari makan, membuat tempat tinggalnya, bagaimana bertahan hidup, bagaimana memelihara dan menjaga anak-anaknya dari gangguan. Misalnya dengan hidayah tabi’at ini burung bisa membuat sarangnya dari rerumputan yang kering.

2. Hidayah Idera.
Hidayah indera atau hidayah yang berupa alat perasa adalah merupakan alat badani yang mudah merasa (peka) terhadap rangsangan dari luar, misalnya rangsangan bunyi, cahaya dan sebagainya.

Hidayah indera dapat ditemui pada hewan dan manusia. Hidayah indera pada hewan lebih sempurna dan lebih kuat jika dibandingkan dengan hidayah indera pada manusia. Hidayah indera pada manusia mengalami proses pertumbuhan yang lama, sedangkan hidayah indera pada hewan sejak lahir sudah berfungsi. Misalnya, anak ayam yang baru menetas bisa lansung bisa berjalan dan makan sendiri. Anak kambing yang baru lahir terus bisa berdiri dan berjalan tanpa harus menunggu berjam-jam nahkan berbulan-bulan. Akan tetapi hidayah indera pada manusia mengalami proses pertumbuhan yang mebutuhkan waktu yang cukup lama. Misalnya bayi yang baru lahir tidak bisa langsung berjalan sendiri, makan sendiri.

3. Hidayah Akal
Hidayah akal ini diberikan Allah kepada makhluk-Nya yang berupa manusia saja. Dengan hidayah akal inilah yang dapat membedakan antara manusia yang sebenarnya dengan hewan itu sendiri. Oleh karena itu kedudukan manusia itu lebih jauh sempurna dan utama bila dibandingkan dengn hewan, baik yang hidup di darat maupun di laut. Dengan hidayah akal ini manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Hidayah akal inilah yang memimpin hidayah indra dan hidayah tabi’at.

4. Hidayah Ad-dien
Hidayah Ad-Dien (agama) adalah hidayah yang tertinggi, dan yang memimpin semua hidayah. Hidayah akal hanya mempunyai fungsi untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, tetapi tidak memberikan jaminan bahwa makhluk yang berakal itu hanya mengerjakan hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Oleh karena itu akal sendiri masih perlu mendapat bimbingan dan pengawasan. Dan sebagai pimpinan atau bimbingannya hidayah akal ini adalah hidayah Ad-Dien. Hidayah agama bemberikan batas-batas, peraturan-peraturan, norma-norma yang harus dipegang teguh oleh manusia. Dengan hidayah agama ini manusia dapat mencapai kebahagiaan yang sejati dan abadi.

5. Hidayah Khusus (yang berupa ma’unan dan taufik)
Hidayah ma’unah dan taufik dikeruniakan Allah kepada orang-orang tertentu menurut kehendak-Nya. Taufik artinya sesuai, tepat. Sedangkan ma’unah berarti pertolongan. Jadi hidayah taufik dan ma’unah yang diterima oleh seorang makhlukadalah sesuai dengan tepat dengan keinginan makhluk yang bersangkutan.

Seseorang yang telah memperoleh hidayah taufik dan ma’unah akan memperoleh dan menikmati kebahagiaan yang sejati, lebih-lebih kebahagiaan dan kenikmatan hidup rohaniah.

Allah memberikan hidayah kepada seseorang tidak diukur dari keadaan lahiriah. Seseorang yang dianugerahi kekayaan dan kesenangan hidup belum tentu dia mendapat hidayah. Pemberian harta dan kekayaan yang melimpah kepada seorang hamba bukanlah menjadi ukuran bahwa Tuhan telah cinta kepadanya. Harta dan kekayaan diberikan kepada seorang hamba adakalanya hanya sebagai cobaan atau jalan untuk menuju kepada kejatuhan dan kehancuran.


Bagaimana Cara Mendapatkan Hidayah?

Hidayah adalah sepenuhnya hak Allah. Allah sendirilah yang berkuasa memberikan atau tidakkepada seorang hamba. Barang siapa yang dikehendaki untuk diberi hidayah maka tidak ada seorangpun yang menghalanginya, dan barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah tidak diberi hidayah, maka tiddak ada seorangak ada seorangpun yang menolongnya atau memaksanya. Namun Allah telah memperintahkan kepada kita (hamba-Nya) untuk selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memohon hidayah kepada Allah selaku pemilik hidayah, memperbanyak ketaatan-ketaatan kepada Allah, memperbanyak taqorrub kepada Allah, agar kita diberi hidayah dan jalan yang lurus, diberi cahaya yang terang yang berupa Nur Illahi. Untuk itu ada beberapa jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh hidayah, antara lain:
1. Irsyad, artinya kecerdasan dan ketangkasan. Orang yang mendapat hidayah dikaruniahi kecerdasan oleh Allah, sehingga ia dapat menghadapi sesuatu dengan pikiran jernih.
2. Taufik, artinya kesesuaian, keserasian. Orang yang dapat hidayah dengan sendirinya akan memperoleh taufiq.
3. Ilham, artinya peutnjuk yang dating atau diteerima pada saat-saat sudah hamper menemui jalan buntu dalam mengatasi sesuatu kesulitan.
4. Dalil-dalil, artinya keterangan-keterangan, tanda-tanda, petunjuk-petunjuk. Orang yang mendapat hidayah dari Allah, dapat mengetahui jalan-jalan yang bercahaya, yang tidak boleh dilalui, dan mana jalan yang harus bole dilalui.

23 Sept 2008

Kantin Jujur

Oleh Ahmad Zahrowi

Kalau Anda berkunjung ke kantin SMA Diponegoro 1 Rawamangun Jakarta di pintu menuju kantin tertulis Kantin Jujur.

Para pembeli khususnya siswa-siswi dipersilahkan mengambil sendiri barang yang diingikan yang terdiri dari beraneka ragam makanan ringan, minuman ringan, dan hal-hal lainnya yang sesuai dengan kemampuan kantong siswa. Sementara itu uang pembelian diletakkan di kotak kardus yang telah disediakan. Kalau uang perlu kembalian pembeli juga mengambil dan menghitung sendiri kembaliannya.

Cara ini mulai dipraktikkan dan diterapkan di kantin SMA Diponegoro 1 dengan tujuan melatih dan menanamkan kejujuran kepada para siswa melalui Kantin. Transaksi yang terjadi disini haruslah berdasarakan kejujuran. Dengan melalui kantin jujur ini diharapkan tertanam dalam jiwa para siswa untuk saling percaya satu sama lain. Dengan demikian para siswa yang berada ( bertransaksi) di kantin ini menunjukkan bahwa meraka adalah siwa-siswi yang jujur (bisa dipercaya).

Kantin Jujur diperkenalkan dan dibuka oleh Ketua Yayasan Al-Hidayah Bapak Ir. H. Imam parikesit. Kantin jujur dibuka bertitik tolak dari slogan "Diponegoro Jujur". Dalam konteks kejujuran, di pojok kanan dibukalah kantin jujur. Beliau ingin menguji benarkan jujur itu sepenuh hati atau hanyalah slogan. Oleh karena itu beliau ingin mencoba menguji kejujuran melalui kantin jujur dengan bertransaksi secara jujur. Kalau pisang goreng harganya Rp 500 sedangkan uangnya Rp 5000 dengan uang kembalian mengambil sendiri Rp 4500. Ini semua adalah dalam rangka untuk menguji betulkah siswa-siswi SMA Diponegoro sudah jujur. Ini akan diawali dengan bertransaksi yang pasti akan dilakukan setiap hari. Dari model seperti ini akan mempengaruhi kejujuran kita sehari-hari. Jujur tidak mencontek sampai jujur dalam Ujian Nasional termasuk jujur Sholat.

Kata jujur merupakan salah satu kata yang sangat populer di telinga kita. Tidak saja dalam dialog/ceramah keagamaan, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Arti jujur Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.

Kita sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang, akan disayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan disayang/dikasihi oleh Tuhan.